“Aku duluan ya, Mbak,” kataku pamit ke Mbak Eva, teman sesama Indonesia yang tinggal di lantai delapan. Aku pun keluar elevator, belok kanan dan langsung menuju pintu kamar.
Di ujung koridor apartemen, tampak sebuah sepeda parkir. “Tumben nih tetangga parkir sepeda di depan pintu tangga darurat,” bisikku dalam hati.
Di depan pintu kamar, aku mengeluarkan kunci dan memasukkannya ke dalam lubang pintu. Anehnya, kunci tidak dapat diputar sama sekali. Kucoba berkali-kali memutar, tetap tidak bisa juga.
Kukeluarkan anak kunci, mencoba mengeceknya kembali, just in case tertukar dengan kunci lab. “Benar kok, kuncinya yang ini,” kataku lagi. Berbicara sendiri.
Kulihat nomor kamar yang tertera di dekat pintu.
“512”
Berpikir sebentar. “Eh! Kamarku kan di lantai enam,” lanjutku sembari buru-buru menuju ke elevator.
Untungnya pada saat itu koridor sepi.