Ah, ternyata selama ini aku salah dalam mengartikan tanda “لا” di Al-Quran. Pun demikian dengan tanda “صلى”. Yang aku lakukan malah sebaliknya. Menganggap tanda-tanda waqof tersebut adalah untuk berhenti. Untungnya aku menemukan keterangan tentang ini, terselip di belakang Al-Quran yang Ibu berikan untuk kado pernikahan dan terkumpul dengan beberapa keterangan tambahan lainnya.
Inilah akibat kalau terlalu malas membaca referensi yang banyak bertebaran; merasa cukup dengan mengandalkan ingatan waktu belajar mengaji sekitar dua puluh tahun lalu. Kalau A’ Agus tahu, aku pasti kena tegur nih. Secara beliau dulu berulang kali menekankan pentingnya waqof ini, along with tajwid, ketika mengajari kami mengaji setiap sore di Masjid Al-Ikhlas, masjid kompleks dengan “kubah” berbentuk roket.
I am not kidding, “kubah” masjidnya memang berbentuk roket kecil. Mungkin karena masjid itu berada di kompleks perumahan para PNS di lingkungan Stasiun Peluncuran Roket LAPAN, jadinya ya dulu “kubah”-nya berbentuk seperti itu. Entahlah kalau sekarang. Terakhir kali berkunjung ke sana pada tahun 2009, setelah bencana gempa yang menimpa daerah Tasikmalaya dan sekitarnya.
Yosh! Hayuk ah membiasakan membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Juga memahami arti di tiap ayatnya. Sayang juga kalau berulang kali tamat Al-Quran tapi tidak mengerti arti dari setiap ayat yang dibaca.